Selasa, 22 Maret 2016

Konsep Iman Kepada Allah

Iman kepada allah
            Secara sederhana iman kepada allah adalah keyakinan dalam hati yang didukung dengan argumentasi dan penalaran serta diwujudkan dalam bentuk yang konkret.
Dari aspek linguistik ada banyak pendapat tentang asal historis nama Allah :
·         Al-ilah  - Bahasa Arab
·         ELOAH atau ELAHA – Bahasa Ibrani
·         ELAH – Bahasa Armani
Tapi menurut Ibn Manzhur Kata Allah adalah kata benda yang orisinal dan tidak memiliki bentuk dasar lainnya.
            Secara antropologis, menurut teori Emile Durkheim, agama bukanlah sesuatu yang diluar, tetapi ada dalam masyarakat sendiri. Dengan demikian gagasan ketuhanan selalu integral dengan perkembangan manusia dan antropos manusia.
            Argumen-argumen tersebut dibagi dalam tiga konstruksi pemahaman :
1.      Filosofis
2.      Teologis
3.      Sufistik

Nalar Filosofis
            Dalam pemahaman ini lebih kepada pembuktian bahwa Tuhan itu ada.
-          Menurut Plato, setiap orang memiliki pengertian tentang Tuhan, karena itulah Tuhan pasti ada, dan di dalam manusia terdapat idea dan cita. Dan pasti ada idea yang merangkumkan segala idea ini yang benar dan indah secara mutlak. Dan idea ini adalah Tuhan.
-          Menurut Aristoteles, Tuhan sebagai penggerak pertama (Prime Power), yaitu mustahil bahwa ada gerakan pertama yang mengakibatkan gerak abadi alam tanpa ada penyebabnya, dan gerak abadi ini membutuhkan penggerak kekal yaitu Tuhan.
-          Menurut al-Kindi, filsafat adalah kajian tentang kebenaran, dan kebenaran ini diusung dengan penalaran akal, sedangkan kebenaran yang diusung oleh agama melalui wahyu. Dan tentang kebenaran ini berarti ada al-haqq al-awwal, yaitu Tuhan.
-          Menurut al-Farabi, yang Esa itu berpikir tentang diri-Nya yang Esa dan pemikiran merupakan daya dan energi yang dapat menciptakan sesuatu, dan dinamakan sebagai al-‘aql al-awwal yang memikirkan diri-Nya hingga menghasilkan al-‘aql as-sani sampai al-‘aql al-‘asyir berupa bumi.
-          Menurut Ibn Sina, bahwa keimanan kepada Allah merupakan konsekuensi logis dari posisinya yang wajib al-wujud bi zatih, oleh karena itu tidak boleh ada sisi-sisi yang aksiden di dalamnya, seperti konsep tentang sifat.
-          Menurut Ibn Rusyd, yang mengambil konsep ketuhanan dari al-Qur’an dan Sunnah, ada dua konsep yaitu:
a.      Dalil al-‘inayah, disusun dalam dua landasan. Pertama, segala yang ada di dunia ini sesuai dengan watak eksistensi dan karakteristik manusia. Kedua, kesesuaian ini adalah kepastian dari sisi pembuatnya yang bermaksud dan berkehendak, yaitu Tuhan.
b.      Dalil al-ikhtira’, yang berangkat dari argumentasi proses penciptaan alam. Bahwa segala yang ada ini telah tercipta dan ada yang menciptakannya, dengan kesimpulan bahwa setiap eksistensi pasti memiliki Pelaku dan Penciptanya.

Nalar Teologis
            Nalar teologis adalah tentang bagaimana Allah dideskripsikan oleh intelektual muslim dari generasi ke generasi, dari generasi kenabian sampai saat ini.
-          Pada masa kenabian Allah cenderung dideskripsikan lebih konkret, yaitu memiliki sifat dan penakwilan terhadap ayat mutasyabbihat secara spontanitas.
-          Kemudian muncul golongan yang menumbuhkan penalaran tentang tuhan yang berjisim dan nyata, yaitu mujassimah atau anthropomorphism Tuhan.
-          Hasan al-Basri, seorang yang dicatat sebagai sarjana Muslim paling awal membicarakan tentang konsep ketuhanan berupa opini dan risalah yang ditunjukkan pada khalifah dengan konsep tauhid secara lebih terintregasi antara dimensi sufisme, kalam dan akidah.
-          Aliran Mu’tazilah yang sering disebut sebagai teologi rasional dalam Islam mengemukakan konsep at-tanzih yaitu konsep Allah yang terbebas dan bersih dari segala sesuatu yang berada di luar konsepsi tentang Allah dan akhirnya menolak sifat-sifat pada Allah agar tidak ada yang qodim selain-Nya.
-          Aliran Asy’ariyah, dengan konsep yang tidak terlalu menekankan dimensi at-tanzih yaitu konsepsi tentang Allah yang tidak lepas dari dzat dan sifatnya. Dan sifat-sifat ini adalah sesuatu yang melekat dengan esensi Allah itu sendiri untuk memudahkan mengenal Allah. Dan alam semesta ini adalah hadis
-          Menurut al-Maturidi, dengan konsep yang tidak jauh beda dengan al-Asy’ari menyatakan bahwa Allah itu wajib diketahui oleh manusia yang tentunya dengan sehimpun gagasan dan keyakinan.


Nalar Teosofi
            Yaitu penalaran yang muncul akibat ketidakpuasan tentang bagaimana Allah yang dijelaskan secara rasional dan argumentatif. Melalui pendekatan tasawuf oleh para sufi dalam menemukan jawabannya.
-          Gagasan Abu Yazid al-Bistami melalui konsep fana yang berarti hilangnya kesadaran akan eksistensi diri pribadi sehingga tidak lagi merasakan kehadiran tubuh jasmaninya sebagai manusia. Dan konsep  baqa sebagai akibat dari fana, yaitu kekalnya sifat-sifat terpuji dan sifat-sifat Tuhan dalam diri manusia.
-          Gagasan al-Ghazali yang membagi tauhid dalam empat tahap yaitu tauhid al-munafiq, tauhid al-awan, tauhid al-kasyif wal musyahadah, dan tauhid al-fana. Keempatnya ini menunjukkan upaya al-Ghazali untuk menyatukan paradigma nazariyyah at-tauhid dan paradigma tayaqqun at-tauhid. Dan dua paradigma dalam empat tahap tersebut diposisikan sebagai bentuk gradasi yang harus ditempuh oleh manusia dalam memahami Tuhannya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar