Iman kepada allah
Secara
sederhana iman kepada allah adalah keyakinan dalam hati yang didukung dengan
argumentasi dan penalaran serta diwujudkan dalam bentuk yang konkret.
Dari aspek linguistik ada banyak
pendapat tentang asal historis nama Allah :
·
Al-ilah - Bahasa Arab
·
ELOAH
atau ELAHA – Bahasa Ibrani
·
ELAH
– Bahasa Armani
Tapi menurut Ibn Manzhur Kata Allah
adalah kata benda yang orisinal dan tidak memiliki bentuk dasar lainnya.
Secara
antropologis, menurut teori Emile Durkheim, agama bukanlah sesuatu yang diluar,
tetapi ada dalam masyarakat sendiri. Dengan demikian gagasan ketuhanan selalu
integral dengan perkembangan manusia dan antropos manusia.
Argumen-argumen
tersebut dibagi dalam tiga konstruksi pemahaman :
1. Filosofis
2. Teologis
3. Sufistik
Nalar Filosofis
Dalam pemahaman
ini lebih kepada pembuktian bahwa Tuhan itu ada.
-
Menurut
Plato, setiap orang memiliki pengertian tentang Tuhan, karena itulah Tuhan
pasti ada, dan di dalam manusia terdapat idea dan cita. Dan pasti ada idea yang
merangkumkan segala idea ini yang benar dan indah secara mutlak. Dan idea
ini adalah Tuhan.
-
Menurut
Aristoteles, Tuhan sebagai penggerak pertama (Prime Power), yaitu
mustahil bahwa ada gerakan pertama yang mengakibatkan gerak abadi alam tanpa
ada penyebabnya, dan gerak abadi ini membutuhkan penggerak kekal yaitu Tuhan.
-
Menurut
al-Kindi, filsafat adalah kajian tentang kebenaran, dan kebenaran ini diusung
dengan penalaran akal, sedangkan kebenaran yang diusung oleh agama melalui
wahyu. Dan tentang kebenaran ini berarti ada al-haqq al-awwal, yaitu
Tuhan.
-
Menurut
al-Farabi, yang Esa itu berpikir tentang diri-Nya yang Esa dan pemikiran
merupakan daya dan energi yang dapat menciptakan sesuatu, dan dinamakan
sebagai al-‘aql al-awwal yang memikirkan diri-Nya hingga menghasilkan
al-‘aql as-sani sampai al-‘aql al-‘asyir berupa bumi.
-
Menurut
Ibn Sina, bahwa keimanan kepada Allah merupakan konsekuensi logis dari
posisinya yang wajib al-wujud bi zatih, oleh karena itu tidak boleh
ada sisi-sisi yang aksiden di dalamnya, seperti konsep tentang sifat.
-
Menurut
Ibn Rusyd, yang mengambil konsep ketuhanan dari al-Qur’an dan Sunnah, ada dua
konsep yaitu:
a. Dalil al-‘inayah, disusun dalam dua landasan.
Pertama, segala yang ada di dunia ini sesuai dengan watak eksistensi dan
karakteristik manusia. Kedua, kesesuaian ini adalah kepastian dari sisi
pembuatnya yang bermaksud dan berkehendak, yaitu Tuhan.
b. Dalil al-ikhtira’, yang berangkat dari argumentasi
proses penciptaan alam. Bahwa segala yang ada ini telah tercipta dan ada yang
menciptakannya, dengan kesimpulan bahwa setiap eksistensi pasti memiliki Pelaku
dan Penciptanya.
Nalar Teologis
Nalar teologis adalah tentang
bagaimana Allah dideskripsikan oleh intelektual muslim dari generasi ke
generasi, dari generasi kenabian sampai saat ini.
-
Pada
masa kenabian Allah cenderung dideskripsikan lebih konkret, yaitu memiliki
sifat dan penakwilan terhadap ayat mutasyabbihat secara spontanitas.
-
Kemudian
muncul golongan yang menumbuhkan penalaran tentang tuhan yang berjisim dan
nyata, yaitu mujassimah atau anthropomorphism Tuhan.
-
Hasan
al-Basri, seorang yang dicatat sebagai sarjana Muslim paling awal membicarakan
tentang konsep ketuhanan berupa opini dan risalah yang ditunjukkan pada
khalifah dengan konsep tauhid secara lebih terintregasi antara dimensi sufisme,
kalam dan akidah.
-
Aliran
Mu’tazilah yang sering disebut sebagai teologi rasional dalam Islam
mengemukakan konsep at-tanzih yaitu konsep Allah yang terbebas dan
bersih dari segala sesuatu yang berada di luar konsepsi tentang Allah dan
akhirnya menolak sifat-sifat pada Allah agar tidak ada yang qodim selain-Nya.
-
Aliran
Asy’ariyah, dengan konsep yang tidak terlalu menekankan dimensi at-tanzih
yaitu konsepsi tentang Allah yang tidak lepas dari dzat dan sifatnya. Dan
sifat-sifat ini adalah sesuatu yang melekat dengan esensi Allah itu sendiri
untuk memudahkan mengenal Allah. Dan alam semesta ini adalah hadis
-
Menurut
al-Maturidi, dengan konsep yang tidak jauh beda dengan al-Asy’ari menyatakan
bahwa Allah itu wajib diketahui oleh manusia yang tentunya dengan sehimpun
gagasan dan keyakinan.
Nalar Teosofi
Yaitu penalaran yang muncul akibat
ketidakpuasan tentang bagaimana Allah yang dijelaskan secara rasional dan
argumentatif. Melalui pendekatan tasawuf oleh para sufi dalam menemukan
jawabannya.
-
Gagasan
Abu Yazid al-Bistami melalui konsep fana yang berarti hilangnya
kesadaran akan eksistensi diri pribadi sehingga tidak lagi merasakan kehadiran
tubuh jasmaninya sebagai manusia. Dan konsep baqa sebagai akibat dari fana,
yaitu kekalnya sifat-sifat terpuji dan sifat-sifat Tuhan dalam diri manusia.
-
Gagasan
al-Ghazali yang membagi tauhid dalam empat tahap yaitu tauhid al-munafiq,
tauhid al-awan, tauhid al-kasyif wal musyahadah, dan tauhid al-fana.
Keempatnya ini menunjukkan upaya al-Ghazali untuk menyatukan paradigma nazariyyah
at-tauhid dan paradigma tayaqqun at-tauhid. Dan dua paradigma dalam
empat tahap tersebut diposisikan sebagai bentuk gradasi yang harus ditempuh
oleh manusia dalam memahami Tuhannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar