Senin, 23 Mei 2016

Al-Quran Sebagai Sumber Ajaran Islam

A.    Pendahuluan
Al-Qur’an adalah risalah Allah kepada seluruh manusia yang diturunkan pada Nabi Muhammad saw. sebagai mukjizat dan petunjuk bagi manusia. Al-Qur’an dan juga hadis merupakan sumber ajaran primer Islam yang dijadikan pedoman dalam memahami ilmu-ilmu keislaman yang juga menyapa ilmu-ilmu alam dan sosial lainnya untuk diintegrasikan satu sama lainnya.
B.     Pengertian Al-Qur’an
            Secara etimologis Al-Qur’an berasal dari kata dasar qara’a yang mempunyai arti mengumpulkan dan menghimpun, dan qira’ah berarti menghimpun huruf-huruf atau kata-kata satu dengan yang lain dalam satu ucapan yang tersusun rapi. Al-Qur’an pada mulanya seperti qira’ah, yaitu masdar dari kata qara’a, qira’atan, qur’anan.[1]
            Sedangkan secara terminologis, para ulama menyebutkan bahwa Al-Qur’an adalah Kalam atau Firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. yang pembacaannya merupakan suatu ibadah.[2]
            Keseluruhan isi Al-Qur’an itu pada dasarnya mengandung pesan-pesan berikut:[3]
a.       Prinsip-prinsip keimanan.
b.      Prinsip-prinsip syariat.
c.       Masalah janji dan ancaman.
d.      Jalan menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.
e.       Riwayat dan cerita.
f.       Ilmu pengetahuan.  

C.    Wilayah Kajian Al-Qur’an

Dalam kitab-kitab ilmu-ilmu al-Qur’an dikupas sejumlah masalah. Berarti topik-topik itulah yang menjadi kupasan dalam studi al-Qur’an. Topik-topik bahasan ilmu al-Qur’an dalam ringkasan berikut:[4]
a.       Sejarah ilmu al-Qur’an.
b.      Ilmu latar belakang turunnya ayat (ilmu asbab al-nuzul).
c.       Ilmu makki wa al-madani
d.      Sekitar kalimat yang dipakai untuk pembukaan surat (fawatih al-suwar).
e.       Ilmu yang menerangkan ayat-ayat penghapus hukum dan ayat-ayat yang dihapus hukumnya (ilmu nasikh wa al-mansukh).
f.       Ilmu cara-cara membaca al-Qur’an (ilmu qira’at).
g.      Ilmu tata cara menulis lafaz-lafaz al-Qur’an (ilmu rasm al-Qur’an)
h.      Ilmu yang menerangkan ayat-ayat yang muhkamah dan mutasyabih (ilmu muhkam wa al-mutasyabih).
i.        Ilmu perumpamaan yang digunakan al-Qur’an (ilmu amsal al-Qur’an).
j.        Ilmu tentang sumpah dalam al-Qur’an ( ilmu aqsam al-Qur’an).
k.      Tentang kisah-kisah dalam al-Qur’an.
l.        Ilmu jadal al-Qur’an.
m.    Ilmu tafsir.
n.      Metode yang diperlukan mufassir.
o.      Ilmu tentang kemu’jizatan al-Qur’an ( I’jaz al-Qur’an).

D.    Metode/Model Tafsir
1.      Metode/Model Tafsir Tahlili
Dapat disebut model kajian yang paling umum digunakan dalam penafsiran nash al-Qur’an adalah metode ini. Merupakan metode kajian al-Qur’an dengan menganalisis secara kronologis dan memaparkan berbagai aspek yang terkandung dalam ayat-ayat al-Qur’an sesuan dengan urutan bacaan yang terdapat dalam urutan mushaf usmani.[5]
Tafsir tahlili oleh al-Farmawi dikelompokkan kepada tujuh jenis tafsir, yakni:[6]
1)      Al-Tafsir bi al-Ma’sur à menafsirkan nash dengan nash, baik dengan al-Qur’an atau hadis.
2)      Al-Tafsir bi al-Ra’yi à tafsir dengan menekankan ijtihad dan menggunakan akal sebagai pokok dalam menafsirkan.
3)      Al-Tasir al-Sufi à tafsir dengan menekankan pada aspek dari sudut esoterik atau isyarat-isyarat yang tersirat dari ayat oleh para ahli tasawuf.
4)      Al-Tafsir fiqhi à menekankan pada tinjauan hukum dari ayat yang ditafsirkan.
5)      Al-Tasir al-Falsafi à menafsirkan ayat dengan pendekatan filsafat.
6)      Al-Tafsir al-Ilmi à menafsirkan ayat dengan menggunakan pendekatan ilmiah, atau menggali kandungannya dengan teori-teori ilmu pengetahuan.
7)      Al-Tafsir al-Adabi al-Ijtima’i à al-adabi­ menekankan pada analisis redaksi, sementara al-ijtima’i pada aspek sosial.

2.      Metode/Model Tafsir Muqaran
Merupakan metode penafsiran terhadap ayat al-Qur’an yang berbicara satu masalah dengan membandingkan antara ayat dengan ayat dan anyara ayat dengan sunnah nabi Muhammad saw. baik darisegi isi maupun redaksi atau antara pendapat para ulama tafsir dengan menonjolkan segi-segi perbedaan dari objek yang dibandingkan.[7]
3.      Metode/Model Tafsir Ijmali
Tafsir ijmali adalah metode tafsir dengan cara menafsirkan secara singkat dan global, tanpa uraian panjang lebar.[8]
4.      Metode/Model Tafsir Maudu’i
Disebut juga dengan tafsir tematik yang mengkaji masalah-masalah khusus yang berjalan beriringan dengannya. Dan kajian-kajian Qur’ani pada masa modern, tidak satu pun yang terlepas dari penafsiran sebagian ayat-ayat al-Qur’an untuk salah satu aspek dari aspek-aspek pokok pembahasan al-Qur’an.[9]
5.      Metode/Model Tafsir Holistik
Adapun tafsir holistik yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah tafsir hermeneutik Fazlur Rahman. Ada juga yang menyebut tafsir konstektual. Rahman sendiri tidak menyebut tafsirnya dengan tafsir holistik, tidak juga konstektual, tetapi disebutnya sebagai metode atau teori hermeneutik. Maka penyebutan tafsir holistik dan tafsir konstekstual lebih melihat pada penggunaan teori tersebut. Penyebutan tafsir holistik pada tulisan ini disimpulkan dari proses dan tujuan penggunaan metode Rahman.[10]
6.      Metode/Model Kombinasi Tematik dan Holistik
Merupakan memadukan metode tematik dan holistik. Dengan demikian, bahwa penggunaan metode tematik adalah untuk menemukan nilai dasar (prinsip) dari masing-masing tema/subjek. Sementara metode holistik untuk menemukan nilai dasar (prinsip)antar subjek, yang pada gilirannya menyatukan nilai dasar (prinsip) antar subjek menjadi satu kesatuan yang utuh dan menyatu. Agar antar tema/subjek dapat menjadi kesatuan yang utuh dan menyatu, dibutuhkan keserasian nilai. Karena itu, untuk mencapai tujuan kesatuan yang utuh dan menyatu, antar subjek/tema harus mempunyai nilai dasar yang selaras. Demikian juga dalam kajian ini berusaha memadukan pendekatan sastra-linguistik yang ditawarkan al-Khulli dengan pendekatan sejarah dan sosial yang ditawarkan Rahman.[11]



[1] Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, terj.Mudzakir AS, (Bogor: Litera AntarNusa, 2009), hlm. 15-16.
[2] Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, hlm. 17.
[3] Rosihon Anwar, Pengantar Studi Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), hlm. 166.
[4] Khoiruddin Nasution, Pengantar Studi Islam, (Yogyakarta:Academia, 2012), hlm. 118-121.

[5] Khoiruddin Nasution, Pengantar Studi Islam, hlm. 122.
[6] Khoiruddin Nasution, Pengantar Studi Islam, hlm. 125-129.
[7] Khoiruddin Nasution, Pengantar Studi Islam, hlm. 130.
[8] Khoiruddin Nasution, Pengantar Studi Islam, hlm. 130.
[9] Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, hlm. 478-479.
[10] Khoiruddin Nasution, Pengantar Studi Islam, hlm. 143-145.
[11] Khoiruddin Nasution, Pengantar Studi Islam, hlm. 166-167.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar