Kali ini saya akan mengungkapkan tokoh yang pasti tidak asing lagi di telinga, khususnya bagi yang mengaku "Nge-Fans" sama kitab Ta'lim al-Muta'allim ini. Di pondok saya sendiri kitab ini sudah mulai diajar oleh para asatidz PP. Qomaruddin seja shifir tsalis hingga shifir robi', yang tentunya kitab yang berisi tentang cara belajar dan cara mengajar yang baik disertai dengan himbauan serta larangan-larangan. Meskipun kitap ini cukup klasik dan tipis, tapi isi yang dimuatnya masih sangat penting dan amat bermanfaat bagi yang mempelajarinya.
Di kalangan pesantren, khususnya pesantren tradisional, nama
al-Zarnuji tidak asing lagi ditelinga para santri. Al-Zarnuji dikenal
sebagai tokoh pendidikan Islam.Kitabnya yang berjudul Ta’lim
al-Muta’allim merupakan kitab sangat popular yang wajib dipelajari di
pesantren-pesantren.Bahkan para santri wajib mengkaji dan mempelajari
kitab ini sebelum membaca kitab-kitab lainnya.Tapi siapa sebenarnya
al-Zarnuji itu?
Perjalanan kehidupan al-Zarnuji tidak dapat diketahui secara pasti.
Meski diyakini ia hidup pada masa kerajaan Abbasiyah di Baghdad, kapan
pastinya masih menjadi perdebatan hingga sekarang. Al-Quraisyi menyebut
al-Zarnuji hidup pada abad ke-13 M. Sementara para orientalis seperti
G.E. Von Grunebaun, Theodora M. Abel, Plessner dan J.P. Berkey meyakini
bahwa al-Zarnuji hidup dipenghujung abad 12 dan awal abad 13 M.
Az-Zarnuji menuntut ilmu di Bukhara dan Samarkand, dua tempat yang
disebut-sebut sebagai pusat keilmuan, pengajaran dan sebagainya. Semasa
belajar, al-Zarnuji banyak menimba ilmu dari; syeikh Burhan al-Din,
pengarang buku al-Hidayah; Khawahir Zadah, seorang mufti di Bukhara;
Hamad bin Ibrahim, seorang yang dikenal sebagai fakih, mutakallim,
sekaligus adib; Fakhr al-Islam al-Hasan bin Mansur al-Auzajandi
al-Farghani; al-Adib al-Mukhtar Rukn al-Din al-Farghani yang dikenal
sebagai tokoh fikih dan sastra; juga pada Syeikh Zahir al-Din bin ‘Ali
Marghinani, yang dikenal sebagai seorang mufti.
Karya termasyhur al-Zarnuji adalah Ta’lim al-Muta’allim Tariq
al-Ta’allum, sebuah kitab yang bisa dinikmati dan dijadikan rujukan
hingga sekarang. Menurut Haji Khalifah, kitab ini merupakan satu-satunya
kitab yang dihasilkan oleh al-Zarnuji. Meski menurut peneliti yang
lain, Ta’lim al-Muta’allim, hanyalah salah satu dari sekian banyak kitab
yang ditulis oleh al-Zarnuji. Seorang orientalis, M. Plessner,
misalnya, mengatakan bahwa kitab Ta’lim al-Muta’allim adalah salah satu
karya al-Zarnuji yang masih tersisa. Plessner menduga kuat bahwa
al-Zarnuji memiliki karya lain, tetapi banyak hilang, karena serangan
tentara Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan terhadap kota Baghdad pada
tahun 1258 M.
Pendapat Plessner ini dikuatkan oleh Muhammad ‘Abd Qadir Ahmad.
Menurutnya, minimal ada dua alasan bahwa al-Zarnuji menulis banyak
karya, yaitu: pertama, kapasitas al-Zarnuji sebagai pengajar yang
menggeluti bidang kajiannya. Ia menyusun metode pembelajaran yang
dikhususkan agar pasa siswa sukses dalam belajarnya. Tidak masuk akal
bagi al-Zarnuji, yang pandai dan bekerja lama di bidangnya itu, hanya
menulis satu buku.Kedua, ulama-ulama yang hidup semasa al-Zarnuji telah
menghasilkan banyak karya.Karena itu, mustahil bila al-Zarnuji hanya
menulis satu buku.
Tentang ada tidaknya karya lain yang dihasilkan al-Zarnuji sebenarnya
dilukiskan al-Zarnuji sendiri dalam kitab Ta’lim al-Muta’allim, yang
dalam salah satu bagiannya ia mengatakan: “…kala itu guru kami syeikh
Imam ‘Ali bin Abi Bakar semoga Allah menyucikan jiwanya yang mulia
itu menyuruhku untuk menulis kitab Abu Hanifah sewaktu aku akan pulang ke
daerahku, dan aku pun menulisnya…” Hal ini bisa memberikan gambaran
bahwa al-Zarnuji sebenarnya mempunyai karya lain selain kitabnya yang
berjudul Ta’lim al-Muta’allim. Telepas dari perdebatan itu, al-Zarnuji
merupakan tokoh yang telah memberikan sumbangan berharga bagi
perkembangan pendidikan Islam.Karyanya, patut dikaji dan dipelajari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar